Rabu, 27 Oktober 2010

Mereka juga punya masa depan dan hari bahagia

         Terlahir menjadi difabel atau  ”different ability” bukan berarti sebuah akhir dari perjalanan. Anak-anak itu mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya, berhak tertawa kala gembira, berhak menagis kala bersedih, berhak bermanja-manja dengan ayah bundanya, berhak punya cita-cita, dan tentu saja berhak memiliki masa depan dan kehidupan yang lebih baik.
           Penanganan yang tepat sesuai  dengan jenis dan tingkat ketunaan tentunya menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan metode pendampingan yang akan kita berikan pada masa pertumbuhannya. Mulai

Selasa, 19 Oktober 2010

Yang perlukita ketahui

Pertama, berat ringannya derajat kelainan. Semakin berat derajat kelainan dan jenis kelainan perilakunya, semakin sulit untuk kembali normal. Namun perlu diingat khususnya bagi anak autisma, sekalipun derajat autisma anak sangat ringan, diapun harus diterapi. Sebab apabila tidak, maka anak autisma ringan dapat berubah menjadi berat pada usia lebih tua. Di samping autisma tanpa terapi perilaku, tidak mungkin menjadi normal dengan perlakuan yang tradisional saja.

Mari dampingi putra putri kita

Mendampingi Anak Autis

Susie Evidia Y
Kata autis kini semakin familiar. Banyak orang menyebutkan, namun tidak memahami artinya. Akibatnya, makna autis sering disalahartikan. Orang yang melakukan aktivitas menyendiri, kini mendapat label autis. Orang, atau anak yang berperilaku kurang pas, lingkungan menghakimi dengan julukan autis. Seakan-akan autis diidentikkan berperilaku nega tif /menyimpang.

Ciri ciri anak autis

Gejala anak autis bisa dilihat dari usia dini, karena itu coba perhatikan anak anda dalam setiap tahap. Terkadang orangtua tidak terlalu peka terhadap tingkah laku anak, jangan samapai terlambat. Walau autis bukan penyakit, anak autis perlu mendapat perhatian yang lebih ekstra.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Mengenal tuna grahita

                Perkembangan mental intelektual adalah perkembangan dalam hal  berfikir simbolik, berfikir intuitif,  berfikir praoperasional, dan perkembangan dalam hal mengolah informasi. Secara konkret perkembangan mental intelektual ini dapat kita lihat ketika anak memberikan nama kepada bonekanya, atau main lainnya, ketika anakbermain menjadi tokoh ibu atausiapapun yang diidolakannya, ketika anak mampu menggambarkan sesuatu yang ia bayangkan, ketika anak-anak menganggap mimpinya adalah sebagai sesuatu yang nyata, ketika anak menyimpulkan bahwa benda-benda matipun memiliki keinginan, perasaan dan pikiran seperti dirinya, dan bahkanketika anak sudahmampu mengklasifikan dan mengambil kesimpulan atas sesuatu konsep.